30 December 2014

BY Unknown No comments

ANGKRINGAN GARASI HIMATIPA




Halo sobat AGRITA ! Lama tak bersua, alias kudet (kurang update) haha. Kali ini kita mau ngebahas tempat makan yang mungkin akan jadi destinasi kalian selanjutnya. Tempat makan ini mungkin sudah sangat familiar di telinga, yaitu Angkringan. Sebuah tempat makan unik yang menjadi tempat favorit hampir seluruh warga Jogja untuk berkumpul melepas penat setelah seharian berkegiatan atau sekedar untuk mengisi perut yang kosong, tidak terkecuali mahasiswa. Angkringan menjadi sangat digemari karena makanan yang dijajakan sangat banyak macamnya dan harganya yang murah dan relatif terjangkau oleh saku mahasiswa.
Tapi yang mau kita bahas kali ini bukan angkringan biasa, angkringan ini adalah sebuah realisasi ide ‘gila’ dari mahasiswa jurusan Teknologi Industri Pertanian (TIP) yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian (HIMATIPA) Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Angkringan ini dikelola secara mandiri oleh mahasiswa langsung sebagai salah satu program kerjanya. Angkringan ini di launching pertama kali pada saat acara HIMATIPARTY tanggal 22 November 2014 atau tiga hari setelah hari jadi ke-26 jurusan TIP dengan mengusung nama atau tema ‘Angkringan Garasi Himatipa’ yang berawal dari lokasi angkringan ini yang berada di depan garasi sebuah toko. Hal ini sudah menjadi bukti bahwa mahasiswa FTP UGM sangat kreatif dan mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah.
Makanan yang dijajakan di angkringan ini tidak jauh berbeda dengan angkringan lainnya, seperti nasi kucing, aneka gorengan, aneka sate, dan aneka minuman. Namun yang membedakan adalah angkringan ini relatif lebih terjaga kebersihannya. Mulai dari tempat, peralatan makan, sampai ke penjualnya hehehehe. Selain itu di sini juga disediakan tempat makan lesehan dan area parkir yang cukup luas, sehingga cocok untuk digunakan oleh mahasiswa yang ingin berkumpul untuk melakukan rapat atau sekedar nongkrong sambil menghabiskan waktu bersama teman-teman. Berikut foto suasanan angkringan yang redaktur ambil ketika berkesempatan berkunjung.


Nah sobat AGRITA, gimana ? Menarik kan ? Penasaran kan ? Kalau penasaran ingin mencoba makanan dan suasana angkringan ini langsung saja datang ke Jalan Magelang km. 5,5 (barat jalan, depan toko UD.Tani Maju). Selamat mencoba, salam AGRITA !

BY Unknown No comments

KEBUN TEH NGLINGGO




             Halo sobat AGRITA! Ada rubrik baru lho di AGRITA, namanya ‘Jalan-Jalan’. Mungkin dari namanya saja sudah pada tahu isi dari rubrik ini. Yup benar sekali, rubrik ini berisi ulasan tentang tempat-tempat di Jogja dan sekitarnya yang menarik untuk dikunjungi dan bisa menjadi referensi liburan untuk teman-teman.
                Nah, untuk kesempatan perdana rubrik ini akan mengulas suatu tempat di Kabupaten Kulonprogo. Tepatnya Kebun Teh di Dusun Ngilnggo Desa Pagerharjo Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta. Karena tempatnya yang berada di pegunungan Menoreh menjadikan tempat ini memiliki suasana sepi, sejuk (bahkan dingin bila di pagi hari), ditambah dengan kicauan satwa liar yang ada di sekitar kebun teh, menambah asyiknya lokasi kebun teh ini.
Akses jalan untuk menuju tempat ini cukup mudah. Dari tugu Jogja  ke barat ke Jalan Godean, belok kanan di perempatan Nanggulan. sampai di perempatan Pasar Dekso (ciri2: ada lampu merah dan tugu lumayan besar di tengah perempatan). Kemudian belok kiri dan ikuti jalan yang ada sampai di pertigaan Plono Desa Pagerharjo. Dari pertigaan ini, dapat mengambil arah ke kanan. Setelah berjalan kurang lebih 30 menit, teman-teman akan sampai di lokasi kebun teh. Estimasi waktu melalui rute ini sekitar 1,5 – 2 jam. Selama perjalanan akan banyak dijumpai persimpangan kecil, jadi jangan ragu untuk bertanya.
Modal yang harus disiapkan adalah kendaraan (mobil/motor) dengan kondisi siap jalan jauh, perbekalan  secukupnya, keterampilan mengemudi, dan tentunya mental. Semua itu harus teman-teman penuhi mengingat medan yang dilalui cukup terjal dengan kondisi jalan yang berkelok-kelok, naik turun, aspal yang tidak cukup bagus, serta jarang ditemui bengkel dan warung selama perjalanan.

Demikian ulasan mengenai Kebun Teh Nglinggo. Selamat berpetulang.

Salam AGRITA!

02 October 2014

HARI BATIK NASIONAL : Batik di Pandangan Mahasiswa Teknologi Pertanian

BY Unknown No comments


Tanggal  2  Oktober  memang  sudah  lewat.   Untuk   sebagian  orang,  rasanya  asing  jika mendengar pertanyaan, “ada hari penting apa di tanggal 2 Oktober?”.  Nah,  jawabannya  di tanggal 2 Oktober itu ada hari penting yang disebut dengan Hari Batik  Nasional.  Kemudian akan muncul pertanyaan lagi "Lah, kok bisa ada peringatan seperti itu ?" 

Semuanya dimulai lima tahun yang lalu tepatnya tanggal 2 Oktober 2009, pada tanggal tersebut United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menetapkan batik Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Mungkin masih banyak yang belum tahu kalau proses yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia untuk mendapat pengakuan refresentatif dari UNESCO soal batik  terbilang cukup lama. Diawali dengan proses nominasi Batik Indonesia ke UNESCO, 3 September 2008, pemerintah Indonesia harus menunggu lebih dari 4 bulan. UNESCO akhirnya menerima secara resmi pada 9 Januari 2009 untuk diproses lebih lanjut.

Sebelumnya, prahara terjadi berkaitan tentang batik. Lagi, Malaysia menjadi momok menjengkelkan bagi Indonesia dalam hal pengklaiman kebudayaan. Namun, pemerintah Indonesia langsung bereaksi atas kejadian itu. Mereka segera mendaftarkan Batik ke dalam jajaran daftar representatif budaya tak benda warisan manusia ke UNESCO.

Berapa bulan setelah diterima UNESCO, tahap selanjutnya yang ditempuh dalam proses pengakuan Batik ialah pengujian tertutup di Paris. UNESCO menggelar pengujian selama 4 hari, 11-14 Mei 2009.

Hal yang ditunggu-tunggu pun tiba. Rabu, 2 Oktober 2009, jadi puncak penantian Indonesia. UNESCO mengukuhkan batik Indonesia dalam daftar representative Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Kemudian sejak saat itu tanggal 2 Oktober selalu diperingati sebagai Hari Batik Nasional.

Pada tanggal tersebut, beragam lapisan masyarakat dari pejabat pemerintah dan pegawai BUMN hingga pelajar disarankan untuk mengenakan batik. Begitu juga yang dilakukan oleh civitas akademika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada pada hari ini. Mayoritas dari mereka baik dosen, karyawan, atau mahasiswa menggunakan batik untuk berkegiatan. Batik yang digunakan pun beragam dan tidak sebatas batik Jogja ataupun Jawa. Ada yang menggunakan batik Sumatra, Kalimantan, sampai Papua. Hal ini menunjukkan bahwa rasa kepedulian civitas akademika FTP terhadap batik sebagai warisan Indonesia bagi dunia sangat tinggi. Mereka yang tidak memakai batik pun mengaku jika batik mereka tidak kotor karena telah dipakai di hari sebelumnya, mereka juga pasti mengenakan batik.

Kami juga sempat mewawancarai salah satu mahasiswa TP yang pada hari batik ini terlihat sangat partisipatif untuk menyambutnya. Namanya adalah Zeus Agung P.S atau lebih sering dipanggil Usa dari jurusan Teknologi Industri Pertanian (TIP) angkatan 2014. Berikut hasil wawancara kami dengan Usa (R : Redaktur ; Z : Zeus)

R : Menurut Zeus, apa itu arti batik Indonesia dan Hari Batik Nasional ?
Z : Menurut saya batik itu adalah budaya warisan Indonesia yang telah berubah dari trend tradisional (kuno) menjadi modern dan mulai digemari oleh anak muda.

R : Bagaimana cara Zeus untuk memperingati Hari Batik Nasional ini ?
Z : Mengenakan batik dan melestarikan batik sesuai bidang keilmuan TIP. Contohnya adalah membuat desain kemasan produk yang bercorak batik hehehe

R : Lha terus kenapa sekarang tidak mengenakan batik ?
Z : Soalnya baju batik saya masih kotor dan masih di tempat laundry hahaha

Kemudian inilah beberapa gambar suasana FTP yang serba batik pada saat memperingati Hari Batik Nasional tahun 2014.

lobby lantai 1 gedung baru

ruang kelas TIP genap 2014

selasar FTP

kantin FTP

Kemudian sebagai bonus, inilah wajah dari narasumber kita yaitu Zeus Agung P.S (TIP 2014)
:D

Bagaimana ? Sudah tahu kan di tanggal 2 Oktober itu ada apa ? Lalu sudah tahu juga kan kenapa kita sebagai anak muda harus bangga dan melestarikan batik Indonesia ? Maka dari itu, mari kita jaga budaya Indonesia yang luhur ini dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab yang berusaha merebutnya dari Indonesia. 

Salam AGRITA :)



27 September 2014

PHOTO TANI PERMATETA

BY Unknown No comments


Ehem, untuk kalian para pecinta ataupun penikmat fotografi dunia pertanian, kemarin PERMATETA mengadakan lomba fotografi loh..

Lombanya dilaksanakan sudah dari awal September kemarin dengan deadline paling lambat tanggal 20 September. 

Nah, tanggal 24 September kemarin, diadakan pameran dan voting foto dari para peserta lomba di selasar FTP UGM. Kenapa tanggal 24? Hayoo.. yang mengaku Agrophilic harusnya tahu loh! Jadi, tanggal 24 September itu adalah Hari Tani. Oleh karena itu, lombanya bernama "PHOTOGRAPHY CONTEST OF HARI TANI NASIONAL"

Selain untuk memamerkan kreativitas peserta, pameran itu juga dilakukan untuk menentukan para juara berdasarkan penggemar terbanyak yang memilihnya. Ini beberapa gambar pameran yang diadakan tanggal 24-25 September kemarin.





Sebagai penutup, ini dia salah satu foto peserta lomba "PHOTOGRAPHY CONTEST OF HARI TANI NASIONAL" :)

"Kami pejuang di jaman ini, kami berjuang untuk pangan anak cucu kami, kami para petani! Tak pernah lelah untuk menantang sang mentari pagi, hanya untuk menghidupi rakyat Indonesia tercinta ini. #aku_Indonesia" (Oleh Akbar Permana)




15 September 2014

BULETIN AGRITA REBORN 2014 -AEC 2015-

BY Unknown No comments

Download PDF  DISINI




















06 July 2014

Garpu-ngan Baju

BY Unknown No comments

 Halo Agreaders !!
(Apaan tuh Agreaders ?)
Agreaders ituu , Agrita readers , hoho ^^
Ketemu lagi sama Agritaaaa :D

Kali ini, maman (temennya mimin) mau share foto unik nih. Dapet fotonya darimana? Ya jelas dong dari Fakultas TP kita tercintahhh :*
Duh lupa, pokoknya di lantai WC laki-laki . . .
Kayak gimana bentuk Garpu-ngan Bajunya? Langsung aja cekidot :D









NB      : Foto-foto ini diambil tanggal 25 Mei 2014, jam 10.56
Bagaimana tanggapan kalian?Menurut kalian apakah modus dari semua ini?:? 

24 April 2014

Opini AEC #9

BY Unknown No comments

Akhirnya, inilah akhir dari opini awak AGRITA mengenai AEC :) udah pada baca buletin kami juga kan?tunggu kami dengan opini-opini dan buletin kami ya :) #opiniawakAGRITA dari mbak Arum ^^

Mahasiswa FTP Tanggap AEC
Akan bebas nantinya aliran barang, jasa, modal, sumber daya manusia, dan teknologi seiring dengan memudarnya batas-batas wilayah kenegaraan di kancah ASEAN. Sementara itu, persiapan negeri ini menghadapi AEC hanya tinggal kurang dari setahun lagi.
AEC dibangun di atas tiga pilar utama yang saling terintegrasi, yakni ASEAN Security Community, ASEAN Economic Community dan ASEAN Socio-Culture Community. Yang terbaru, pada KTT ASEAN (ASEAN Summit) ke-22 di Brunei Darussalam April 2013 lalu, berbagai aspek berkenaan dengan ketiga pilar tersebut dibahas, begitu pula aspek-aspek penting lainnya.
Tantangan dan Peluang
Masih teringat, dalam suatu agenda informal yang pernah diselenggarakan oleh Menteri Perindustrian M.S. Hidayat pada 2 Mei 2012 lalu mengenai AEC 2015, salah seorang undangan yaitu Dirut PT Telkom Tbk., Rinaldi Firmansyah mengatakan bahwa  untuk memperkuat pasar domestik, arah pembangunan nasional perlu direposisi agar lebih fokus ke industri pertanian dan manufaktur. Sektor pertanian dan manufaktur bersifat fundamental. Jika daya saing kedua sektor ini rendah, pasar domestik akan terus dibanjiri produk impor. Menurutnya, saat ini ada mata rantai yang hilang (missing link) dalam pembangunan ekonomi nasional.
Meski secara terpisah, hal itu senada dengan pernyataan Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM), M. Maksum Machfoedz, dalam suatu wawancara eksklusif 22 Juli 2013 yang lalu. Beliau berpendapat bahwa sektor agro merupakan basis rivalitas negara-negara ASEAN. Kenyataan tersebut tentu saja membawa tantangan serius bagi mahasiswa yang menekuni bidang agro, termasuk mahasiswa FTP. Melalui fungsi agent of change, seharusnya mahasiswa dapat bertindak secara initiative untuk mengaplikasikan program-program bina masyarakat dan program-program lain yang paling tidak dapat mengedukasi masyarakat tentang penting dan gentingnya persiapan menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pencapaian pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan tahun 2013 belum sepenuhnya memberi kepuasan bagi segenap khalayak. Beberapa komoditas yang dicanangkan akan mengalami swasembada pangan pada 2013 belum mencapai hasil yang maksimal. Hal itu akan berpengaruh pada kesiapan Indonesia menghadapi AEC 2015 nanti. Daya saing produk-produk lokal masih terkendala masalah distribusi, infrastruktur, alih fungsi lahan, kebijakan pemerintah yang kurang berpihak pada petani, dan sederetan masalah lain yang perlu dibenahi. Meski demikian, tidak perlu melulu AEC dipandang sebagai ancaman, tetapi harus dianggap sebagai tantangan yang harus dihadapi. Mahasiswa dapat berkontribusi sesuai perannya dalam pembangunan ekonomi, tidak perlu menunggu pemerintah turun tangan sebab seyogyanya, di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan.

17 April 2014

Opini AEC #8

BY Unknown No comments

#OpiniawakAGRITA dari mas Sona Ardyan tok. Yuk mari disimak :)


Konferensi Tingkat Tinggi se-Asia Tenggara yang diselenggarakan di Bali sudah berlaku dua tahun silam, tepatnya pada tanggal 17 November 2011. Dari konferensi itu, dihasilkan persetujuan untuk meresmikan ASEAN Economic Community atau AEC, komunitas yang berfokus di ranah ekonomika dan bisnis se-Asia Tenggara.
Tujuan dari diresmikannya AEC antara lain:
1. Menuju single-market dan production base (arus perdagangan bebas untuk sektor barang, jasa, investasi, pekerja terampil, dan modal),
2. Menuju penciptaan kawasan regional ekonomi yang berdaya saing tinggi,
3. Menuju suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata (region of equitable economic development) melalui pengembangan UKM dan program-program lainnya,
4. Menuju integrasi penuh pada ekonomi global.
AEC akan membuka lebar-lebar pintu bisnis bagi semua yang memiliki keberanian melangkah ke negeri tetangga, termasuk Indonesia. Melebarkan sayap bisnis, khususnya yang berkaitan dengan bisnis se-Asia Tenggara, tentu sangat berpotensi bagi yang dapat mengendalikannya, namun juga amat riskan bagi yang lalai dan tak dapat mengatur bisnisnya.
Ada hal yang cukup menjadi sorotan penulis jika AEC telah resmi, dampak negatif yang terjadi yaitu menipisnya lowongan kerja, gangguan perbankan asing, dan runtuhnya dinasti UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Yang pertama, lowongan kerja semakin tipis karena akan ada 601.000.000 jiwa se-Asia Tenggara yang akan berebut mencari pekerjaan dan tentu saja dengan adanya AEC ini akan semakin banyak orang yang menyeberang ke negeri tetangga untuk mencari nafkah. Sebelum hal tersebut terealisasi saja, Indonesia memiliki banyak tenaga kerja yang belum mendapat pekerjaan, bagaimana jika AEC diresmikan?TKI saja kesulitan untuk mencari kerja di tanah sendiri hingga mereka
rela mengarungi samudera untuk menghidupi keluarga, bagaimana saat AEC
berjalan ?
Yang kedua, banyak bank di Indonesia yang dimiliki oleh orang asing. Meskipun ada sebagian bank lokal, namun jumlahnya tak dapat bersaing dengan kepemilikan orang asing atau yang semi-asing. Mengingat banyak bank di luar Indonesia yang cukup menarik minat rakyat kita, bagaimana jadinya jika akses ke bank asing lebih dipermudah dengan adanya AEC?
Yang ketiga, tentu dampak kurang baik akan dirasakan oleh pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah, atau biasa disebut dengan UMKM. Dampak negatifnya memang tidak langsung dirasakan, namun akan terasa apabila pengusaha-pengusaha luar Indonesia melakukan ekspansi bisnis di ranah yang sudah diduduki pemilik UMKM, sedikit demi sedikit pemilik UMKM lokal akan tergeser dan bisa saja kehilangan wilayah kerjanya. (ard)








10 April 2014

Opini AEC #7

BY Unknown No comments

Masih nggalau sebagai mahasiswa teknologi pertanian yang pada akhirnya akan menyandang gelar S.TP? *aamiin. yuk mari kita simak opini dari mbak Miranti :) #opiniawakAGRITA
Locally Modern Food
            Sudah pada tahu tentang AEC alias ASEAN Economic Community? Kita sebagai mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian wajib banget nih untuk tahu AEC J Penjelasan mudahnya, AEC adalah berlakunya kebijakan di Asia Tenggara untuk menggratiskan bea cukai antar negara. Istilahnya, memudahkan jalan ekspor bagi suatu negara. Hal ini tentu menguntungkan bagi negara-negara yang sudah siap bersaing di kancah perdagangan internasional. Negara kita? Gimana nih? Apakah kita termasuk?
            Mungkin belum banyak yang aware dengan AEC yang akan diberlakukan tahun 2015 nanti. Padahal hal ini sangat potensial untuk Indonesia, JIKA kita SIAP J Mengapa bisa dibilang potensial? Ya, Indonesia adalah negara dengan kekayaan alam melimpah. Sadarkah teman-teman, sebenarnya kita punya banyak sumber bahan pangan yang masih teranaktirikan karena kita masih terfokus dengan beberapa sumber bahan pangan saja. Tak dipungkiri, selera anak sekarang juga sudah berbeda dengan orangtua sehingga sudah banyak anak sekarang yang kurang mengenal makanan tradisional karena adanya franchise-franchise makanan baru yang lebih terdengar gaungnya.
Jarang sekali terdengar “Camilan di kotak konsumsi acara kita ada sawut, lepet, dan getuk, nih.” Camilan tradisional tersebut sudah digantikan dengan era camilan olahan tepung terigu. Padahal untuk terigu saja kita masih impor lho. Njuk, kita kudu piye sebagai calon-calon STP?
Pertama, kita kudu PEDULI J  Yep, sadari kalau potensi Indonesia sangat besar untuk bertahan –bahkan- menang dalam “persaingan” di Asean Economic Community. Kemudian? AKSI dong J sebagai calon-calon STP, ada ide nih! Kreasikan saja sumber bahan pangan tersebut pada resep hidangan modern. Contohnya substitusi tepung terigu dengan tepung mocaf. Mengingat kita masih impor terigu, sementara kita punya singkong melimpah. Bisa juga dengan tepung sagu atau bahan pangan lain. Hal ini dapat diwujudkan dengan program P3L (Pengangkatan Produk Pangan Lokal) di tiap-tiap daerah. Mengingat setiap wilayah Indonesia memiliki makanan pokok yang berbeda-beda. Program ini dapat membantu mempopulerkan  potensi bahan pangan yang terdapat di tiap daerah sehingga kita dapat terhindar dari yang namanya kudet (baca: kurang update) tentang sumber bahan pangan potensial.
Bisa juga dengan meninjau nilai gizi bahan pangan tersebut untuk menanggulangi masalah gizi yang disebabkan oleh makanan yang sudah umum. Indonesia adalah negara yang menempati posisi ke-4 di dunia untuk jumlah penderita penyakit kronis tidak menular, seperti diabetes dan jantung koroner. Nah, penyebab penyakit-penyakit tersebut salah satunya adalah tingginya konsumsi nasi sebagai sumber karbohidrat. Dikarenakan karbohidrat dalam tubuh akan dipecah menjadi gula. Gula yang berlebihanlah yang menyebabkan penyakit diabetes. Oleh sebab itu, bisa nih dikembangkan alternatif pengganti nasi dari sumber bahan pangan lain. Bagi yang belum tahu, sekarang sudah terkenal lho beras analog. Yaitu beras yang komposisinya tidak berasal dari padi. Komposisi beras ini bisa dari beragam sumber pangan lain seperti singkong, sagu, dan sorgum. Menurut saya, beras analog ini merupakan potensi besar untuk kita sebagai calon teknolog pangan untuk menanggulangi ketergantungan kita terhadap beras biasa. Beras analog memang masih jarang ditemukan di pasaran. Jika pun ada, harganya masih lebih mahal dari beras biasa karena belum ada produksi massal.
Nah, kita sebagai calon teknolog pertanian, nantinya dapat mewujudkan impian produksi massal beras analog maupun produk-produk lain berbasis sumber bahan pangan asli Indonesia sebagai wujud diversifikasi pangan. Apalagi 3 jurusan kita saling berkesinambungan = Teknik Pertanian + Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian + Teknologi Industri Pertanian. KLOP deh untuk mempopulerkan produk pangan berbasis sumber bahan pangan lokal ke dunia industri dan perdagangan internasional J




03 April 2014

Opini AEC #6

BY Unknown No comments

Bagaimana kita sebagai mahasiswa teknologi pertanian menyikapi AEC? :( galau? yuk mari simak opini dari mbak Fathyah :D
Mahasiswa Teknologi Pertanian
Pilar Indonesia Menuju ASEAN Economic Community (AEC) 2015

ASEAN Economic Community (AEC) 2015, terdengar tak asing, namun masih banyak yang belum mengerti. Secara singkat, berdasarkan ASEAN Economic Community Blueprint, AEC merupakan suatu intergrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama negara anggota ASEAN. AEC akan membentuk ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi, menjadikan ASEAN lebih dinamis dan kompetitif, mempercepat integrasi kawasan dalam sektor-sektor prioritas, mempermudahpergerakan para pelaku usaha tenaga kerja terampil dan berbakat, serta memperkuatmekanisme institusi ASEAN.
Pertanian adalah salah satu sektor prioritas yang menjadi fokus AEC. Berkaitan dengan sektor tersebut, hal yang perlu diperhatikan dari AEC ini adalah dibentuknya pasar tunggal dan basis produksi dengan lima elemen utamanya yaitu aliran bebas barang, aliran bebas jasa, aliran bebas investasi, aliran modal yang lebih bebas, dan aliran bebas tenaga kerja terampil.
Kebijakan penghapusan dan penurunan tarif sebagai penunjang aliran bebas barang akan berdampak pada meningkatnya produk impor. Hal ini sangat penting menjadi perhatian para teknolog pertanian. Di saat swasembada pangan masih sulit untuk dicapai, adanya kebijakan tersebut akan semakin mengancam langkah Indonesia menuju kemandirian pangan. Tidak ada pilihan bagi Indonesia, siap tidak siap, Indonesia harus siap menghadapi ini, khususnya bagi sektor pertanian.
Mempersiapkan sektor pertanian Indonesia menuju AEC 2015 bukanlah langkah sederhana yang dapat dikerjakan oleh satu pihak saja, dalam hal ini pemerintah, melainkan perlu keterlibatan dari pihak lain seperti swasta dan juga perguruan tinggi yang termasuk di dalamnya adalah mahasiswa. Mahasiswa maupun organisasi mahasiswa saat ini sangat dituntut kepedulian, kompetensi dan kontribusinya dalam mempersiapkan AEC dalam jangka waktu dekat.
Kontribusi mahasiswa, khususnya teknologi pertanian, dapat disumbangkan melalui program pemberdayaan masyarakat seperti petani lokal maupun pelaku usaha kecil menengah (UKM) di bidang pangan. Pengetahuan masyarakat akan adanya AEC dan dampaknya terhadap pertanian Indonesia perlu ditingkatkan. Pasar tunggal dan basis produksi yang dibentuk AEC secara tidak langsung menuntut kita untuk meningkatkan daya saing produk. Untuk dapat menghadapi persaingan pasar bebas, daya saing produk yang tinggi mutlak diperlukan. Tidak hanya itu, ketersediaan bahan baku juga merupakan hal yang perlu dijamin. Dengan kata lain, produktivitas komoditas pertanian adalah titik kritis yang perlu ditangani agar berada pada level yang aman atau dapat mencukupi kebutuhan.Upaya meningkatkan produktivitas bahan baku dan daya saing produk inilah yang akan sulit terlaksana bila petani lokal dan pelaku UKM di bidang pangan tidak memperoleh pembinaan. Disinilah peran mahasiswa teknologi pertanian dalam usaha mempersiapkan pertanian Indonesia menuju AEC 2015, yaitu melalui pemberdayaan petani lokal maupun pelaku UKM di bidang pangan guna meningkatkan produktivitas komoditas pertanian dan daya saing produk pertanian Indonesia. Melakukan pembinaan guna melahirkan sumber daya manusia yang handal di bidang pertanian adalah salah satu upaya lain untuk menghadapi aliran bebas tenaga kerja terampil yang menjadi bagian dari lima elemen pasar tunggal dan basis produksi AEC.


27 March 2014

Opini AEC #4

BY Unknown No comments

#AEC 2015, Panggung untuk Indonesia #opiniawakAGRITA #opinimbakMega yuk mari kita bahas AEC opini dari mbak Mega :)

Memasuki tahun 2014, menghitung hari menuju akhir tahun 2015 ASEAN Economic Community atau Pasar Tunggal ASEAN akan diberlakukan. Dari empat pilar AEC yang tersebut dalam AEC Blueprint, pilar pertama yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan bagi sebagian besar masyarakat. Pilar pertama AEC dalam AEC Blueprint menyebutkan bahwa ASEAN sebagai Pasar Tunggal dan berbasis produksi regional dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas. Pilar pertama ini menjadi perhatian utama ASEAN dan untuk mewujudkan AEC pada tahun 2015 maka seluruh negara ASEAN harus melakukan liberalisasi perdagangan.
Dari 12 sektor industri yang menjadi prioritas dalam pasar tunggal ASEAN, sektor agroindustri dan pertanian termasuk di dalamnya. Lalu, bagaimana sektor agroindustri dan pertanian mempersiapkan benteng yang kuat dalam menghadapi AEC? Dalam menghadapi AEC 2015 seluruh lini termasuk produk pertanian harus memperhatikan tiga hal penting yaitu peningkatan daya saing, pengamanan dan penguatan pasar domestik (misalnya dengan lebih mencintai produk lokal), dan penguatan ekspor dengan memperhatikan kualitas, kuantitas dan kontinyuitas.
Peningkatan daya saing pertanian Indonesia menghadapi hambatan yaitu berupa kesamaan keunggunlan komparatif karena dalam lingkup ASEAN dengan letak dan kondisi geografis yang tidak jauh berbeda menyebabkan adanya kesamaan produk dengan kualitas yang tidak jauh berbeda pula. Alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatan daya saing adalah dengan upaya peningkatan produktifitas, perbaikan jalur distribusi dan infrastruktur, serta mengupayakan efisiensi regulasi yang berpihak pada produsen lokal. Evaluasi peraturan dan ketentuan terkait  serta sinkronisasi kebijakan antara pusat dan daerah perlu dilakukan supaya antar regulasi tersebut tidak terjadi hal yang saling bertolak belakang.
Upaya pengamanan dan penguatan pangan lokal dimaksudkan agar industri pangan maupun sektor pertanian kita bisa bertahan menghadapi luapan barang maupun produk impor. Menentukan dan menyiapkan komoditas pertanian andalan yang mampu “bertahan” (menguasai pasar domestik) dan “menyerang” (masuk dan bersaing di pasar global) adalah hal yang sangat penting. Pengamanan pangan lokal menjadi sangat penting mana kala konsumen di Indonesia saat ini memiliki kecenderungan untuk lebih memilih produk impor dibanding produk lokal. Promosi produk-produk lokal sebaiknya tidak hanya dilakukan untuk menarik konsumen internasional saja tetapi konsumen lokal juga harus terus dirayu supaya mencintai sekaligus loyal terhadap produk dalam negeri.
Permasalah yang sering terjadi pada produk-produk ekspor dari Indonesia adalah kesulitan untuk memasuki pasar di negara-negara maju yang memiliki standar produk yang tinggi. Produk asal Indonesia pada dasarnya memiliki mutu yang baik, hanya saja keterbatasan teknologi, modal dan tenaga kerja ahli yang membuat banyak produsen mengalami kesulitan dalam upaya mempertahankan mutu produk mereka. Maka dari itu salah satu upaya untuk menguatkan ekspor bagi produk asal Indonesia adalah dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk tersebut. Dalam hal ini, bantuan dan dukungan dari pemerintah untuk produsen maupun eksportir akan memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan kualitas produk secara langsung dan penguatan ekspor secara tidak langsung. Yang dapat dilakukan oleh pemerintah diantaranya menyelenggarakan berbagai jenis pelatihan/pengawalan kepada produsen/pelaku usaha (penerapan teknologi dan inovasi), melakukan sosialisasi tentang pentingnya peningkatan mutu produk kepada para pembina, pengusaha dan stakeholders lainnya, atau memberikan bantuan berupa dana untuk melaksanakan program-program tersebut.

Dalam menyambut AEC 2015 perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya mulai saat ini. Siap atau tidak siap AEC 2015 sudah diketok palu sejak 2009 dan akan segera diberlakukan. Dalam panggung AEC 2015 meskipun tidak sedikit orang yang menyangsikan kesiapan Indonesia, tentu sudah sangat dinantikan karena pasti akan menyajikan drama yang menarik. Di panggung ini, kita berharap Indonesia yang menjadi pemeran utamanya.

20 March 2014

Opini AEC #3

BY Unknown No comments

Masih dalam rangkaian opini AEC awak AGRITA, kali ini opini dari mbak Kamilia :D 

Siapkah kita menghadapi AEC 2015?

Hal yang terlintas dipikiran ketika mendengar AEC 2015 adalah apakah kita siap mengahadapinya, tentu saja bukan perkara siap ataupun tidak, siap maupun tidak siap, Indonesia akan menjalaninya. Tetapi bagaimana strategi kita sebagai negara Indonesia yang berkembang dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan semaksimal mungkin. Karena walau kita berkata tidak siap, toh ASEAN Economic Community (AEC) telah disepakati oleh negara anggota ASEAN dalam Bali Concord II di tahun 2003.
Dikutip dari kompasiana.com, AEC merupakan salah satu tujuan integrasi ekonomi regional pada tahun 2015. ASEAN Economic Community merupakan agenda bersama negara-negara ASEAN dengan tujuan menjadikan ASEAN sebagai: pasar dan basis produksi tunggal, kawasan ekonomi yang kompetitif, wilayah pengembangan ekonomi yang merata, dan daerah sepenuhnya terintegrasi ke dalam ekonomi global. Jadi, dapat disimpulkan bahwa AEC ini adalah upaya untuk mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi diantara negara-negara anggotanya melalui sejumlah kerjasama yang saling menguntungkan.
            Tidak ada kata terlambat untuk mempersiapkannya, justru kita harus mempersiapkannya sedini mungkin. Kita tidak tahu pasti sudah seberapa jauh negara ASEAN lain telah mempersiapkan menghadapi AEC. Misalnya SCG (Siam Cement Group) yang telah bersiap mengantisipasi penurunan tenaga kerja terampil. Perlu disadari pula, bahwa AEC ini mendapat sorotan dari negara di luar ASEAN. Sehingga kita harus mempersiapkan strategi  yang memberikan dampak positif  untuk kita. Jika tidak dipersiapkan matang, strategi AEC ini bisa menjadi boomerang bagi kita.
Strategi-strategi yang bisa dipakai misalnya lebih meningkatkan pemeriksaan ekspor-impor secara bersih, perlunya stabilitas politik, pemerintah harus bersikap bersih jauh dari korupsi, ketertiban sosial, adanya inovasi teknologi dan ketersediaan infrakstruktur yang memadai.
Mirisnya, masih banyak masyarakat Indonesiatidak mengetahui AEC tersebut. Termasuk mahasiswa yang nantinya juga dapat terkena dampak baik langsung atau tidak langsung. Sepertinya karena hal ini masih baru, masyarakat tidak memiliki bayangan apa yang terjadi jika AEC pada tahun 2015 telah berlaku. Terlebih lagi bagi pelaku UKM yang sebenarnya akan terancam. Jika AEC 2015 telah berlaku, UKM dapat tergerus oleh serbuan produk luar. Sehingga justru bukannya keuntungan dan kemakmuran yang kita dapatkan, namun sebaliknya.

Lalu, apa yang dapat kita lakukan sebagai mahasiswa untuk mempersiapkan AEC, jika kita tidak melek dengan permasalahan negara yang terjadi?Atau hanya mau berdiam diri saja? Mari kita berbenah diri!

12 March 2014

Are We Ready?

BY Unknown No comments


#melatimewangi #ArewereadyforAEC? #prepareurself,AECiscoming

04 March 2014

Opini AEC #2

BY Unknown No comments

Mengapa kita harus resah atau antusias dengan hadirnya AEC 2015? Yang masih bingung, yuk mari dibaca opini dari sekretaris jenderal Agrita, mbak Aristi..

Menyiapkan Indonesia Menyambut AEC 2015

Pada tahun 2012 sebuah studi yang dilakukan oleh McKinsey menyatakan bahwa Indonesia dapat tergabung dalam tujuh negara dengan tingkat ekonomi terbesar pada tahun 2030. Namun untuk mencapai hal tersebut, ada beberapa tantangan utama yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Di sisi lain, ASEAN Economic Community (AEC) 2015 sudah di depan mata. Lantas bagaimana kesiapan Indonesia menghadapinya, akankah Indonesia hanya menjadi penonton di negeri sendiri ataukah justru AEC menjadi batu loncatan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk mencapai tujuh negara dengan tingkat ekonomi terbesar di 2030?
Tujuan dari AEC 2015 adalah integrasi ekonomi regional. Integrasi ekonomi regional dicapai dengan membebaskan aliran barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terlatih serta modal yang lebih bebas. Selain integrasi pasar, integrasi ekonomi regional di ASEAN juga didukung oleh integrasi produksi. Produksi didukung oleh adanya pelaku produksi dan investor. Sementara iklim investasi di Indonesia masih dianggap kurang kompetitif bagi investor. Beberapa hal yang menjadi penghambat perkembangan investasi di Indonesia adalah infrastuktur yang terbatas, tingginya korupsi, ketidakpastian hukum dan isu desentralisasi. Sebagai negara ekonomi terbesar di ASEAN, aliran Foreign Direct Investment (FDI) di Indonesia jauh di bawah Singapura. Pada tahun 2010, inflow FDI di Indonesia sebesar US$ 13.304 sedangkan inflow FDI Singapura sebesar US$35.520. Perbaikan infrastruktur dan jaminan kepastian hukum merupakan hal yang penting dalam perbaikan iklim bisnis di Indonesia dalam menyambut AEC 2015.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya jaminan perdagangan yang dilakukan tetap dalam konteks fair play dimana tidak ada praktik unfair trading seperti dumping. Jika berbicara mengenai perdagangan bebas, maka perlu diingat bahwa Indonesia perlu menjadi pelaku bukan hanya pasar bagi produk impor. Indonesia sebagai negara agraris patut khawatir dengan kesiapan produk pertanian Indonesia untuk bersaing di kancah AEC 2015 kelak. Produk-produk pertanian Indonesia menghadapi ancaman dengan adanya produk pesaing dari Thailand dan Vietnam. Thailand sudah mengklaim negaranya sebagai the kitchen of the world dimana setiap produk pertanian diproduksi dengan kualitas baik dan pendistribusian yang baik pula. Pemerintah perlu melakukan langkah strategis untuk menyelamatkan petani dari “tsunami produk impor” di tahun 2015, salah satu yang dapat dilakukan adalah penguatan jaringan kelembagaan petani (kelompok tani). Kelompok tani sebaiknya dibina untuk dapat bergotong-royong misalnya dalam pengadaan pupuk dan sarana produksi, sehingga tidak perlu dibeli secara individu. Pada akhirnya harga pupuk dan sarana produksi dapat lebih murah. Selain itu kelompok tani dapat pula bekerja sama dalam pendistribusian produknya, sehingga biaya transportasi dapat ditekan. Untuk mendukung petani perlu juga dibentuk jaringan pasar komoditi nasional yang kuat sehingga disparitas harga dapat diminimalisir.

Terakhir, satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah pentingnya tenaga kerja yang terlatih. Bagaimana kesiapan kita sebagai mahasiswa bersaing dengan tenaga kerja dari negara tetangga? Sudahkah kita menguasai bahasa Thailand, Vietnam, Filipina, sementara mahasiswa di negara tersebut sudah dibekali dengan pelatihan bahasa Indonesia? Mari siapkan diri menyambut AEC yang sudah di depan mata.