Akhirnya, inilah akhir dari opini awak AGRITA mengenai AEC :) udah pada baca buletin kami juga kan?tunggu kami dengan opini-opini dan buletin kami ya :) #opiniawakAGRITA dari mbak Arum ^^
Mahasiswa FTP
Tanggap AEC
Akan
bebas nantinya aliran barang, jasa, modal, sumber daya manusia, dan teknologi seiring
dengan memudarnya batas-batas wilayah kenegaraan di kancah ASEAN. Sementara itu,
persiapan negeri ini menghadapi AEC hanya tinggal kurang dari setahun lagi.
AEC dibangun di
atas tiga pilar utama yang saling terintegrasi, yakni ASEAN Security Community, ASEAN Economic Community dan ASEAN Socio-Culture Community. Yang
terbaru, pada KTT ASEAN (ASEAN Summit) ke-22 di
Brunei Darussalam April 2013 lalu, berbagai aspek berkenaan dengan ketiga pilar
tersebut dibahas, begitu pula aspek-aspek penting lainnya.
Tantangan dan Peluang
Masih teringat,
dalam suatu agenda informal yang pernah diselenggarakan oleh Menteri Perindustrian
M.S. Hidayat pada 2 Mei 2012 lalu mengenai AEC 2015, salah seorang undangan yaitu
Dirut PT Telkom Tbk., Rinaldi Firmansyah mengatakan bahwa untuk memperkuat
pasar domestik, arah pembangunan nasional perlu direposisi agar lebih fokus ke
industri pertanian dan manufaktur. Sektor pertanian dan manufaktur bersifat
fundamental. Jika daya saing kedua sektor ini rendah, pasar domestik akan terus
dibanjiri produk impor. Menurutnya, saat ini ada mata rantai yang hilang (missing link) dalam pembangunan ekonomi nasional.
Meski secara terpisah, hal itu senada
dengan pernyataan Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah
Mada (UGM), M. Maksum Machfoedz, dalam suatu wawancara eksklusif 22 Juli 2013 yang
lalu. Beliau berpendapat bahwa sektor agro merupakan basis rivalitas negara-negara
ASEAN. Kenyataan tersebut tentu saja membawa tantangan serius bagi mahasiswa
yang menekuni bidang agro, termasuk mahasiswa FTP. Melalui fungsi agent of change, seharusnya mahasiswa dapat
bertindak secara initiative untuk mengaplikasikan
program-program bina masyarakat dan program-program lain yang paling tidak dapat
mengedukasi masyarakat tentang penting dan gentingnya persiapan menuju Masyarakat
Ekonomi ASEAN.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pencapaian
pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan tahun 2013 belum sepenuhnya
memberi kepuasan bagi segenap khalayak. Beberapa komoditas yang
dicanangkan akan mengalami swasembada pangan pada 2013 belum mencapai hasil yang
maksimal. Hal itu akan berpengaruh pada kesiapan Indonesia menghadapi AEC 2015 nanti.
Daya saing produk-produk lokal masih terkendala masalah distribusi,
infrastruktur, alih fungsi lahan, kebijakan pemerintah yang kurang berpihak pada
petani, dan sederetan masalah lain yang perlu dibenahi. Meski demikian, tidak perlu
melulu AEC dipandang sebagai ancaman, tetapi harus dianggap sebagai tantangan
yang harus dihadapi. Mahasiswa dapat berkontribusi sesuai perannya dalam pembangunan
ekonomi, tidak perlu menunggu pemerintah turun tangan sebab seyogyanya, di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan.